Rabu, 17 Februari 2010

Filosofi Kupu-Kupu (baca deh... bagus banget..!!!)


Kupu-Kupu
>
> Suatu ketika, terdapat seorang pemuda di tepian
> telaga. Ia tampak termenung. Tatapan matanya kosong,
> menatap hamparan air di depannya. Seluruh penjuru
> mata angin telah di lewatinya, namun tak ada satupun
> titik yang membuatnya puas. Kekosongan makin senyap,
> sampai ada suara yang menyapanya. Ada orang lain
> disana.
>
> "Sedang apa kau disini anak muda?" tanya seseorang.
> Rupanya ada seorang kakek tua. "Apa yang kau
> risaukan..?" Anak muda itu menoleh ke samping, "Aku
> lelah Pak Tua. Telah berkilo-kilo jarak yang
> kutempuh untuk mencari kebahagiaan, namun tak juga
> kutemukan rasa itu dalam diriku. Aku telah berlari
> melewati gunung dan lembah, tapi tak ada tanda
> kebahagiaan yang hadir dalam diriku. Kemana kah aku
> harus mencarinya? Bilakah kutemukan rasa itu?"
>
> Kakek Tua duduk semakin dekat, mendengarkan dengan
> penuh perhatian. Di pandangnya wajah lelah di
> depannya. Lalu, ia mulai bicara, "di depan sana, ada
> sebuah taman. Jika kamu ingin jawaban dari
> pertanyaanmu, tangkaplah seekor kupu-kupu buatku.
> Mereka berpandangan. "Ya...tangkaplah seekor
> kupu-kupu buatku dengan tanganmu" sang Kakek
> mengulang kalimatnya lagi.
>
> Perlahan pemuda itu bangkit. Langkahnya menuju satu
> arah, taman. Tak berapa lama, dijumpainya taman itu.
> Taman yang yang semarak dengan pohon dan bunga-bunga
> yang bermekaran. Tak heran, banyak kupu-kupu yang
> berterbangan disana. Sang kakek, melihat dari
> kejauhan, memperhatikan tingkah yang diperbuat
> pemuda yang sedang gelisah itu.
>
> Anak muda itu mulai bergerak. Dengan
> mengendap-endap, ditujunya sebuah sasaran. Perlahan.
> Namun, Hap! sasaran itu luput. Di kejarnya kupu-kupu
> itu ke arah lain. Ia tak mau kehilangan buruan.
> Namun lagi-lagi. Hap!. Ia gagal. Ia mulai berlari
> tak beraturan. Diterjangnya sana-sini. Ditabraknya
> rerumputan dan tanaman untuk mendapatkan kupu-kupu
> itu. Diterobosnya semak dan perdu di sana.
> Gerakannya semakin liar.
>
> Adegan itu terus berlangsung, namun belum ada satu
> kupu-kupu yang dapat ditangkap. Sang pemuda mulai
> kelelahan. Nafasnya memburu, dadanya bergerak
> naik-turun dengan cepat. Sampai akhirnya ada
> teriakan, "Hentikan dulu anak muda. Istirahatlah."
> Tampak sang Kakek yang berjalan perlahan. Tapi
> lihatlah, ada sekumpulan kupu-kupu yang berterbangan
> di sisi kanan-kiri kakek itu. Mereka terbang
> berkeliling, sesekali hinggap di tubuh tua itu.
>
> "Begitukah caramu mengejar kebahagiaan? Berlari dan
> menerjang? Menabrak-nabrak tak tentu arah, menerobos
> tanpa peduli apa yang kau rusak?" Sang Kakek menatap
> pemuda itu. "Nak, mencari kebahagiaan itu seperti
> menangkap kupu-kupu. Semakin kau terjang, semakin ia
> akan menghindar. Semakin kau buru, semakin pula ia
> pergi dari dirimu."
>
> "Namun, tangkaplah kupu-kupu itu dalam hatimu.
> Karena kebahagiaan itu bukan benda yang dapat kau
> genggam, atau sesuatu yang dapat kau simpan. Carilah
> kebahagiaan itu dalam hatimu. Telusuri rasa itu
> dalam kalbumu. Ia tak akan lari kemana-mana. Bahkan,
> tanpa kau sadari kebahagiaan itu sering datang
> sendiri."
>
> Kakek Tua itu mengangkat tangannya. Hap, tiba-tiba,
> tampak seekor kupu-kupu yang hinggap di ujung jari.
> Terlihat kepak-kepak sayap kupu-kupu itu,
> memancarkan keindahan ciptaan Tuhan. Pesonanya
> begitu mengagumkan, kelopak sayap yang mengalun
> perlahan, layaknya kebahagiaan yang hadir dalam
> hati. Warnanya begitu indah, seindah kebahagiaan
> bagi mereka yang mampu menyelaminya.
>
> ***
>
> Teman, mencari kebahagiaan adalah layaknya menangkap
> kupu-kupu. Sulit, bagi mereka yang terlalu bernafsu,
> namun mudah, bagi mereka yang tahu apa yang mereka
> cari. Kita mungkin dapat mencarinya dengan menerjang
> sana-sini, menabrak sana-sini, atau menerobos
> sana-sini untuk mendapatkannya. Kita dapat saja
> mengejarnya dengan berlari kencang, ke seluruh
> penjuru arah. Kita pun dapat meraihnya dengan
> bernafsu, seperti menangkap buruan yang dapat kita
> santap setelah mendapatkannya.
>
> Namun kita belajar. Kita belajar bahwa kebahagiaan
> tak bisa di dapat dengan cara-cara seperti itu. Kita
> belajar bahwa bahagia bukanlah sesuatu yang dapat di
> genggam atau benda yang dapat disimpan. Bahagia
> adalah udara, dan kebahagiaan adalah aroma dari
> udara itu. Kita belajar bahwa bahagia itu memang ada
> dalam hati. Semakin kita mengejarnya, semakin pula
> kebahagiaan itu akan pergi dari kita. Semakin kita
> berusaha meraihnya, semakin pula kebahagiaan itu
> akan menjauh.
>
> Teman, cobalah temukan kebahagiaan itu dalam hatimu.
> Biarkanlah rasa itu menetap, dan abadi dalam hati
> kita. Temukanlah kebahagiaan itu dalam setiap
> langkah yang kita lakukan. Dalam bekerja, dalam
> belajar, dalam menjalani hidup kita. Dalam sedih,
> dalam gembira, dalam sunyi dan dalam riuh.
> Temukanlah bahagia itu, dengan perlahan, dalam
> tenang, dalam ketulusan hati kita.
>
> Bahagia itu ada dimana-mana. Rasa itu ada di sekitar
> kita. Bahkan mungkin, bahagia itu "hinggap" di hati
> kita, namun kita tak pernah memperdulikannya.
> Mungkin juga, bahagia itu berterbangan di sekeliling
> kita, namun kita terlalu acuh untuk menikmatinya.

so...merasa nggak bahagia, siapa Bilang????

0 komentar:

Posting Komentar

 

Free Blog Templates

lama sudah waktu bergulir

dan selama itu kucoba mengumpulkan hasrat

menyatukannya menjadi sebuah cita

untuk ku ekspresikan menjadi karya-karya

yang berguna...

Powered By Blogger

Blog Tricks

Powered By Blogger

Easy Blog Tricks

Powered By Blogger

Great Morning ©  Copyright by Tentang Motivasi, Puisi dan Pengembangan Diri | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks