Selasa, 16 Februari 2010

Cerita Pohon Apel


Suatu ketika, Hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang
>senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang
>memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di
>keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon
>apel itu. Demikian pula, pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.
>Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak
>lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari ia
>mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. "Ayo ke sini bermain-main
>lagi denganku," pinta pohon apel itu.
>
>
>"Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi." jawab anak
>lelaki itu "Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang
>untuk membelinya."
>
>
>Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang... Tetapi kau
>boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan
>uang untuk membeli mainan kegemaranmu."
>
>Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada
>di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak
>lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih. Suatu hari
>anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang.
>"Ayo bermain-main denganku lagi." kata pohon apel.
>
>"Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja untuk
>keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau
>menolongku?"
>
>"Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua
>dahan rantingku untuk membangun rumahmu." kata pohon apel.
>
>Kemudian, Anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel
>itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat
>anak lelaki itu senang. Tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi.
>Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih. Pada suatu musim panas, anak
>lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita
>menyambutnya. "Ayo bermain-main lagi denganku." kata pohon apel.
>
>"Aku sedih, "kata anak lelaki itu. "Aku sudah tua dan ingin hidup
>tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku
>sebuah kapal untuk pesiar?"
>
>"Duh, maaf aku tak punya kapal. Tapi kau boleh memotong batang tubuhku
>dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar
>dan bersenang-senanglah."
>
>Kemudian, Anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat
>kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi
>datang menemui pohon apel itu. Akhirnya, Anak lelaki itu datang lagi
>setelah bertahun-tahun kemudian.
>
>"Maaf, anakku," kata pohon apel itu. "Aku sudah tak memiliki buah apel
>lagi untukmu."
>
>"Tak apa." "Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu."
>jawab anak lelaki itu.
>
>"Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat." kata
>pohon apel.
>
>"Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu." jawab anak lelaki itu.
>
>"Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu.
>Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini." kata
>pohon apel itu sambil menitikkan air mata.
>
>"Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang." kata anak lelaki."Aku hanya
>membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian
>lama meninggalkanmu."
>
>"Oooh, bagus sekali. Tahukah kau ... Akar-akar pohon tua adalah tempat
>terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari... Marilah berbaring di
>pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang."
>
>Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu
>sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.
>
>Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua
>kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu
>kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya
>datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli
>apa pun, orang tua kita akan selalu ada disana untuk memberikan apa yang
>bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Kita mungkin berpikir
>bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, Akan
>tetapi begitulah cara kebanyakan dari kita memperlakukan orang tua kita.
>Lihatlah diri kita masing-masing ..... Mudah-mudahan kita tidak termasuk
>dari bagian cerita di atas.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Free Blog Templates

lama sudah waktu bergulir

dan selama itu kucoba mengumpulkan hasrat

menyatukannya menjadi sebuah cita

untuk ku ekspresikan menjadi karya-karya

yang berguna...

Powered By Blogger

Blog Tricks

Powered By Blogger

Easy Blog Tricks

Powered By Blogger

Great Morning ©  Copyright by Tentang Motivasi, Puisi dan Pengembangan Diri | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks